Berbicara mengenai sejarah singkat Desa Tembuku bahwa sepanjang penelitian kami dan hasil wawancara sesepuh/tokoh-tokoh masyarakat Desa yang ada pada saat ini, pada hakekatnya tidaklah mempunyai sejarah secara tertulis, sehingga apa yang dapat kami kemukakan dalam penyusunan RPJM ini berdasarkan cerita dari para orang tua / tokoh masyarakat, jadi disini masih bersifat kabar yang kurang jelas kebenarannya. Konon pada waktu dahulu kala, ada sekumpulan orang yang datang ke Desa ini. Untuk mempertahankan hidupnya, maka orang- orang ini yang merupakan nenek moyang / leluhur Desa ini terjun kebidang pertanian. Untuk mengairi sawah pertaniannya, orang-orang ini membuat suatu bendungan (empelan) dan airnya menimbulkan permasalahan yang dirasakan kurang adil. Untuk mengatasi permasalahan ini disepakatilah untuk membuat suatu pembagian air dengan menggunakan sebatang kayu yang disebut dengan " Tembukuan " sehinga air itu dapat dialirkan secara merata dang seimbang sesuai dengan luas areal lahan pertanian atau sawah yang digarapnya. Dan timbullah kerukunan warga dalam kelompok ini dan dapat melanjutkan usahanya dengan tentram.
Untuk mengabdikan hasil kerja yang bersifat kemanusian dan mengakibatkan kerukunan dalam kelompoknya maka Wilayah / Desa ini dinamakan " TEMBUKUAN " yang lama kelamaan menjadi DESA TEMBUKU. Seiring dengan perkembangan jaman dan tahun maka pucuk pimpinan Desa Tembuku adalah sebagai berikut:
1. I Wayan Dangin
2. Anak Agung Gede Oka
3. Anak Agung Gede Winaya ( 1980-2004)
4. Anak Agung Gede Ngurah ( 2004-2008)
5. Anak Agung Gede Ngurah ( 2008-2013)
6. I Ketut Mudiarsa ( 2013-2019)
7. I Ketut Mudiarsa ( 2019-2025 )